Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) pada Famili Solanaceae
ARTIKEL
PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum)
PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum)
PADA
FAMILI Solanaceae
TUGAS
MATA KULIAH BIOLOGI
Disusun
Oleh :
Niska
Amaliya 21621032112
Didi
Suryadin 21701032067
Muhammad
Rifki 21701032068
Dwi
Ismi Azizah 21701032081
Muhammad
Alfi Ridhansyah 21701032085
Salvita
Ayu 21701032090
UNIVERSITAS
ISLAM MALANG
FAKULTAS
PERTANIAN
AGRIBISNIS
MALANG
2018
Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum)
pada Famili Solanaceae
Penyakit tanaman
merupakan salah satu kendala dalam budidaya, misalnya pada tanaman kentang.
Keadaan lahan tanaman kentang umumnya sudah terkontaminasi oleh patogen, hal
ini ditunjukan dengan dijumpainya penyakit pada setiap musim tanam, sehingga
lahan tersebut tidak dapat memberikan hasil yang optimum. Sebagian besar patogen
tersebut umumnya bersifat tular tanah, yang mampu hidup dan menyebar serta
dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Penyakit yang banyak menyerang
tanaman terutama tanaman hortikuktura yaitu penyakit layu bakteri. Penyakit
layu bakteri adalah salah satu penyakit yang sering menyerang beberapa
komoditas hortikultura seperti tomat, kacang tanah, cabai, kentang, dan
tembakau. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Ralstonia solanacearum pada bagian tanaman tertentu seperti daun,
batang, dan umbi.
Penyebab penyakit layu
bakteri adalah Ralstonia solanacearum
yang sebelumnya dikenal dengan Pseudomonas
solanacearum (Smith., 1995 dalam
Setyari, dkk., 2013). Bakteri ini merupakan patogen tular tanah dan air yang
bersifat nonfluoresens. Ralstonia solanacearum merupakan patogen
yang memiliki kisaran inang luas lebih dari 200 spesies dari famili yang
berbeda. Ralstonia solanacearum
memiliki efek yang mematikan pada sejumlah tanaman yang bernilai ekonomi
tinggi. Tanaman inang dari bakteri ini adalah pisang (Musa paradisiaca), terung (Solanum
melongena), kacang tanah (Arachis
hypogaea), kentang (Solanum tuberosum),
tembakau (Nicotiana tubacum), tomat (Lycopersicum esculentum) (Pogostemon
cablin., 2007 dalam Setyari., 2013).
Ralstonia
Solanacearum merupakan bakteri patogen tanaman tular
tanah yang banyak ditemukan didaerah subtropis dan tropis, yang secara alami
menginfeksi perakaran dan memperbanyak diri didalam jaringan xylem (Yabuchi,
dkk., 1995 dalam Saputra, dkk.,
2015). Bakteri ini mempunyai kisaran inang yang sangat luas semenjak spesies tanaman
yang rentang terhadap patogen ini telah diamati dan terjadi pada ratusan
spesies tanaman dari sekitar 50 famili tanaman (Hayward., 1991 dalam Saputra, dkk., 2015). Sebuat studi
yang dilakukan di India menunjukan bahwa layu bakteri dapat menimbulkan
kerugian hingga 90 % pada tanaman tomat selama musim panas. Kehilangan hasil
akibat penyakit ini diperkirakan berkisar 1-5 % (Elphinestone., 2005 dalam Saputra, dkk., 2015).
Penyakit layu bakteri
dapat mengurangi kehilangan hasil pada tanaman kentang, terutama pada fase
pembibitan. Pencegahan dan pengendalian penyakit layu bakteri dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti cara kultur teknis dan cara kimiawi. Cara kultur
teknis dilakukan melalui pergiliran tanaman, dan perbaikan drainase, sedangkan
cara kimiawi dapat dilakukan melalui sterilisasi tanah menggunakan fumigan
seperti Basamid-G dan aplikasi bakterisida terutama pada lahan yang menerapkan
sistem mulsa plastik seperti tomat dan cabai.
Menurut (Maharani,
dkk., 2014) dalam penelitiannya bahwa penggunaan agen hayati berpotensi menekan
presentase tanaman yang terserang penyakit layu bakteri dan perkembangan Ralstonia Solanacearum didalam tanah. Gejala
khas dari serangan penyakit layu bakteri dimulai dari pucuk (daun muda)
kemudian menjalar kedaun bagian bawah sampai seluruh daun (Endah, dan Noviasan.,
2002 dalam Tarman., 2010). Gejala
lebih lanjut, seluruh bagian tanaman menjadi layu, daun menguning hingga
berwarna coklat kehitaman dan menyebabkan kematian pada tanaman (Nuraeni,
2016), adapun gejala layu bakteri pada tanaman kentang, yaitu pembuluh batang
kentang menjadi warna coklat, apabila potongan batang ditekan maka batang akan
mengeluarkan lendir berwarna keabu-abuan, kemudian bila potongan batang
direndam dalam air bersih, beberapa menit kemudian pangkal batang mengeluarkan
banang putih halus yang merupakan massa dari bakteri patogen. Selain menyerang daun,
bakteri ini juga dapat menyerang umbi kentang. Gejala pada umbi, terdapat
bagian yang mengendap berwarna hitam, jika umbi dipotong akan tampak jaringan
busuk berwarna coklat, sedang pada lingkarang berkas dipembuluh umbi terdapat
lender yang berwarna krem salpai kelabu, kemudian umbi menjadi busuk (Susetyo,
2017)
Rosyidah (2012)
menyatakan bahwa pemberian bahan organik seperti kotoran ayam dapat menekan
persentase tanaman yang mempunyai umbi busuk saat panen akibat penyakit layu
sebesar 35,78 %. Selain itu pemanfaatan agen hayati Trichoderma harzianum, dapat menekan persentase tanaman layu pada
tanaman kentang sebesar 100% yang diaplikasikan pada waktu dua minggu sebelum
tanam. Penelitian lebih lanjut, Rosyidah (2016) bahwa pada tanaman tomat, peningkatan
penggunaan pupuk KCl dari 75 kg hingga 300 kg per Ha dapat menurunkan tingkat
serangan layu Ralstonia solanacearum
pada tanaman tomat sebesar 38,03 % - 64,84 %. Sebuah penelitian yang dilakukan
oleh (Hutagalung., 1984 dan Gunawan., 1985 dalam
Tarman., 2010), diketahui bahwa antibiotik efektif digunakan untuk pengendalian
bakteri patogen pada berbagai jenis tanaman. Antibiotik bekerja secara sistemik
dalam organisme hidup sehingga mampu diserap jaringan tumbuhan dan
ditranslokasikan kedalam jaringan. Salah satu antibiotik yang bersifat
bakterisida dan dianjurkan khusus untuk pengendalian penyakit layu bakteri
dilapangan adalah Agrimisin 15/1.5 WP. Antibiotik tersebut mengandung 15 %
Streptomycin sulfat dan 1,5 % Oksitetrasiklin hidroklorida.
Hasil penelitian (Karmila.,
2005 dalam Tarman., 2010) antibiotik tetracycline secara tunggal mampu
menghambat perkembangan bakteri Ralstonia
solanacearum secara in vitro. Meningkatnya
konsentrasi antibiotik tetracycline secara
tunggal maupun kombinasi tetracycline
dan chloramphenicol dapat menambah
daya hambat antibiotik terhadap pertumbuhan bakteri Ralstonia solanacearum, hal ini terlihat dengan semakin mengecilnya
diameter koloni bakteri tersebut.
Tindakan pengendalian
hama dan penyakit tanaman dapat dilakukan dengan memanfaatkan agen hayati dan
bahan nabati yang lebih ramah lingkungan. Terdapat beberapa agen hayati yang
bersifat antagonis terhadap Ralstonia
Solanacearum diantaranya : Streptomyces
sp, Pseudomonas fluorecens, dan Tricoderma viride (Paath., 2005 dalam Maharani, dkk., 2014).
Metode pengendalian
biologis telah dipelajari selama lebih dari 60 tahun karena tidak ada pestisida
kimia yang efektif yang dapat digunakan. Beberapa penelitian yang menunjukan
bahwa pengendalian hayati terhadap layu bakteri dapat dicapai dengan
menggunakan beragam mikroorganisme yang menguntungkan. Agen biologi potensial
yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit layu bakteri pada tomat
diantaranya adalah mutan avirulen
dari Ralstonia solanacearum (Dong,
dkk., 1999 dalam Saputra., 2015), dan
beberapa ridzobakteri antagonis seperti Bacillus
sp (Wei et, dkk., 2011 dalam Saputra.,
2015), Pseudomonas sp (Vanitha, dkk.,
2009 dalam Saputra., 2015), Sreptomyces sp (Boukaew, dkk., 2011 dalam Saputra., 2015), Acinetobacter sp dan Entrerobacter sp (Xue, dkk., 2009 dalam Saputra., 2015).
Bacillus
sp dan Pseudomonas sp adalah bakteri
yang banyak digunakan dalam pengendalian hayati penyakit tumbuhan. Penggunaan
bakteri pengendali hayati telah banyak menunjukan keberhasilannya, penggunaan Bacillus sp mampu menekan penyakit
lincat yang disebabkan oleh infeksi ganda Ralstonia
solanacearum dan nematoda Meloidogyne
incognita pada tembakau Temanggung sehingga intensitas penyakitnya hanya
sebesar 23,3 % sedangkan pada control sebesar
63 % (Arwiyanto., 2007 dalam Saputra.,
2015).
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymous.
2014. Penyakit Layu Bakteri. htps://www.petanihebat.com/ 2014/05/penyakit-layu-bakteri.html.
(Online), diakses pada 8 Januari 2018.
Hersanti.,
Rupendi., Purnama., Hanudin., Marwoto., dan Gunawan. 2009. Penapisan Beberapa
Isolat Pseudomonas fluorescens,
Bacillus subtilis dan Trichoderma
harzianum yang Bersifat Antagonistik terhadap Ralstonia solanacearum pada
Tanaman Kentang. Jurnal Agrikultura. 20
(3) : 198-203.
Maharina,
Khoirun Enisa., Aini., dan Wardiyati. 2014. Aplikasi Agen Hayati dan Bahan
Nabati Sebagai Pengendalian Layu Bakteri (Ralstonia
solanacearum) pada Budidaya Tanaman Tomat. Malang : Jurnal Produksi Tanaman. 1 (6) : 506-512.
Nuraeni,
Yeni. 2016. Penyakit Layu Bakteri pada Tanaman Jati. Bandung : Jurnal Galam. 2 (1) : 23-25.
Rosyidah, Anis.,
Yekti, S.R., Adri, B., Bambang S. 2012. Pengaruh Penggunaan Bahan Organik
(Pukan Ayam dan Paitan) dan Trichoderma
harzianum dalam Pengendalian Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) pada tanaman kentang. Jurnal Primordia. 8 (2) : 151.
Rosyidah, Anis. 2016. Respon Pemberian
Pupuk Kalium Terhadap Ketahanan Penyakit Layu Bakteri dan Karakter Agronomi
pada Tomat (Solanum lycopersicum). Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Unikama
: 147-152.
Saputra,
Rachmad., Arwiyanto., dan Wibowo. 2015. Uji aktivitas antagonistic beberapa
isolat Bacillus spp terhadap penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum) pada beberapa varietas tomat dan identifikasinya.
Yogyakarta: PROS SEM NAS MASY BIODIV
INDON. 1 (5) : 1116-1122.
Setyari,
Aulya Retno., Aini, dan Abadi. 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Terhadap
Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia
solanacearum) pada Tanaman Tomat (Lycopersium
esculentum Mill). Malang : Jurnal HPT.
1 (2) : 80-87.
Susetyo,
Hendry Puguh. 2017. Penyakit Layu Bakteri
pada Kentang. Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura.
Tarman,
Pasetriyani Eddy. 2010. Efikasi Antibiotik Tetracyline HCL Terhadap Pertumbuhan
Penyakit Bakteri Layu (Ralstonia
solanacearum). Majalah Ilmiah.
Fakultas Pertanian Universitas Bandung Raya. 1 (1) : 2-27.
Komentar
Posting Komentar