Efek Pupuk Kalium pada Pertumbuhan dan Ketahanan Penyakit Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

EFEK PUPUK KALIUM PADA PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN PENYAKIT TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum)


 













TUGAS BIOLOGI
ARTIKEL


Disusun oleh kelompok 6 :
Siti Ulin Nafiqoh                    (21701032096)
BimaFajarBahari                     (21701032087)
Yuli Arsih                               (21701032079)
Joko Sujatmiko                       (21701032078)
Mohammad Amru Ubaidillah (21701032088)





FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM  MALANG
2017/2018



EFEK PUPUK KALIUM PADA PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN PENYAKIT TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum)


PENDAHULUAN
Pupuk kalium merupakan salah satu jenis pupuk yang dibutuhkan oleh sebagian besar petani di Indonesia, karena kebanyakan unsur hara kalium dalam tanah masih relatif kecil. Pupuk kalium termasuk ke dalam golongan pupuk tunggal yang sering digunakan petani dalam upaya meningkatkan pertumbuhan tanaman budidayanya. Unsur kalium yang terkandung di dalam pupuk kalium memiliki banyak manfaat bagi pertumbuhan tanaman. Di pasaran, pupuk kalium dapat ditemui dengan berbagai bentuk dan jenis. Hanya saja, meski bentuk dan jenisnya berbeda, pupuk kalium tersebut sama-sama berfungsi untuk mencukupi kebutuhan hara K yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Jenis-jenis pupuk kalium tersebut antara lain pupuk kalium sulfat, kalium klorida, dan kalium nitrat(Mustika,2015).
Tomat merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan dan mempunyai prospek ekonomi yang menjanjikan, sehingga masih memerlukan penanganan yang serius terutama dalam hal peningkatan hasil dan kualitas buahnya. Proyeksi permintaan Tomat nasional untuk tahun 2014-2019 berkisar 970.499 – 1.107.168 ton, sementara produksi Tomat sampai tahun 2013 baru mencapai 922.780 ton dengan rata-rata produktivitas 16,61 t.ha-1 . Berdasarkan data tersebut maka peluang peningkatan produksi Tomat perlu terus diupayakan. Kemampuan tanaman Tomat untuk menghasilkan buah selain dipengaruhi oleh faktor genetik, juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi adalah: teknik budidaya, termasuk diantaranya pengendalian penyakit dan penggunaan pupuk yang belum tepat. Munculnya penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum merupakan ancaman pada daerah yang beriklim panas atau musim hujan yang hangat . Hasil pengamatan di lapangan, akibat penyakit ini menyebabkan kehilangan buah segar berkisar 5-100% (Hartman, et al., 1993; Rosyidah et al., 2014). Hal tersebut sangat merugikan petani mengingat investasi untuk biaya produksi tergolong tinggi.
Pemberian Kalium dapat meningkatkan terbentuknya senyawa lignin yang lebih tebal, sehingga dinding sel menjadi lebih kuat yang pada akkhirnya dinding sel menjadi lebih kuat dan dapat melindungi tanaman dari gangguan patogen (Fageria et al, 2009). Kekurangan Kalium menyebabkan pertumbuhan terhambat, hasil dan kualitas rendah dan komponen ketahanannya terganggu, sehingga memudahkan patogen untuk penetrasi. Ketahanan terhadap penyakit ini menjadi terganggu sebagai akibat dari adanya jaringan yang kurang padat sebagai konsekuensi dari berkurangnya ketebalan kutikula dan dinding sel, serta terhambatnya jaringan sclerenchym dan lignifikasi (Gomes et al, 2012).

HASIL PENELITAN YANG TELAH DILAKUKAN
            Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: peningkatan pupuk KCl dari 75 kg Ha-1 sampai 300 kg Ha-1 dapat menurunkan tingkat serangan layu Ralstonia solanacearum pada tanaman Tomat sebesar 38,03% - 64,84%, %, meningkatkan lignin akar 9,92%, serapan kalium 17,17%. Peningkatan dosis kalium secara nyata dapat meningkatkan kandungan klorofil daun, mempercepat umur berbunga, meningkatkan jumlah bunga dan mempercepat umur panen dibandingkan kontrol. Dosis pupuk KCl yang optimal dicapai pada dosis 225 kg Ha-1 . (Rosyidah,2016)
Engelstad (1997) mengatakan bahwa pemberian N yang optimal dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman,  meningkatkan sintesis protein, pembentukan klorofil yang menyebabkan warna daun menjadi lebih hijau, dan meningkatkan rasio pucuk akar. Oleh karena itu pemberian N yang optimal dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman, sedangkan pemberian K tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman. Ispandi (2003) menyatakan bahwa hara K sangat diperlukan dalam pembentukan, pembesaran, dan pemanjangan umbi.
Dari hasil penelitian Suwono (1992), dilaporkan bahwa kalium mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi maupun kedelai. Tanpa pemupukan kalium, gejala kahat tidak tampak pada tanaman padi sawah dan hasilnya tidak terlalu rendah (4,12 ton per hektar). Sedangkan pada tanaman kedelai, gejala kahat kalium terlihat dimana daun mengalami klorosis dan produksi rendah.
            Hasil penelitian (Idrus Aminuddin et al,2006) menunjukkan perlakuan pupuk kalium terhadap masa inkubasi penyakit gugur daun Corynespora cassiicola berpengaruh tidak nyata terhadap masa inkubasi. Menurut Situmorang dan Budiman (2003), pemberian pupuk lebih baik dari dosis anjuran mampu meningkatkan kemampuan tanaman menahan serangan patogen. Menurut Agrios (1978), masa inkubasi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain umur daun, jumlah inokulum awal, adanya kecambah inokulum, kelembaban dan suhu.
Hasil penelitian (Napitupulu et al ,2010)  menunjukkan bahwa dosis pupuk N dan K berpengaruh terhadap pertumbuhan bawang merah. Interaksi pupuk N dan K berpengaruh nyata dalam meningkatkan tinggi tanaman pada bawang merah. Meningkatnya tinggi tanaman dan jumlah daun dengan pemberian pupuk N dan K, karena pupuk tersebut dapat menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah dan besarnya penambahan unsur hara sangat bergantung pada jenis dan takaran pupuk yang diberikan (Subhan,1982). Tanaman bawang pada perlakuan N 250 kg/ha dan K 75 kg/ ha nyata dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan tanaman lainnya dengan tinggi tanaman 47 cm. Pemberian pupuk N memberi pengaruh yang besar terhadap kenaikan tinggi tanaman. Hal ini disebabkan tanaman bawang merah dalam pertumbuhan vegetatif membutuhkan pupuk N yang tinggi. Pendapat yang disampaikan Nurhayati (2008), bahwa kalium dalam tanaman dapat berfungsi sebagai pembentuk protein dan karbohidrat, serta meningkatkan resistensi terhadap patogen.
Adaya pengaruh nyata terhadap jumlah bunga didukung oleh Martias (2011), kalium berfungsi sebagai katalisator untuk pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis, pembentukan protein, translokasi gula dan protein, membantu dalam proses membuka dan menutupnya stomata, memperkuat jaringan dan organ-organ tanaman sehingga tidak mudah rontok. Oosterhuis, D. (2001) menyatakan bahwa kalium akan meningkatkan 60 macam reaksi enzimatik yang melibatkan banyak proses di tanaman termasuk: fotosintesis, respirasi, metabolisme karbohidrat, translokasi dan sintesis protein. Ketersediaan Kalium yang optimal di dalam daun tanaman menyebabkan daun lebih efisien dalam fotosintesis selain itu tanaman menjadi lebih tahan dan toleran.




DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G. N. 1978. Plant Pathology. Diterjmahkan oleh Busnia, M. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yokyakarta.

Aminuddin,Idrus,Nurhayati,Nona.2006.Pengaruh Pupuk Kalium Terhadap Penyakit Gugur Daun Corynespora Pada Pembibitan Karet.Universitas Sriwijaya

D,Napitupulu, Winarto.2010.Pengaruh Pemberian Pupuk N dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah.Sumatera Utara: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Engelstad. 1997. Teknologi dan Penggunaan Pupuk. UGM Press. Yogyakarta. Hlm. 293-322.

Fageria, NK, M.P.B. Filho, and J.H.C. Da Costa. 2009. Potassium in the use of nutrients in crops plant. CRC Press Taylor & Francis Group, Boca Raton. London. New York. Pp.131-163

Hartman GL, Wong WF, Hanudin, and Hayward AC. 1993. Potential of biological and chemical control of bacterial wilt. in: Hartman GL, and Hayward AC. Editors. Bacterial wilt. Proceedings of an international symposium, Kaohsiung, Taiwan, ROC, 28-30 October 1992. ACIAR Proceedings No.45. Canberra: ACIAR. p. 322-326

Martias, Nasution. F, Noflindawati, Budiyanti. T, dan Hilman, Y. 2011. Respon pertumbuhan dan produksi papaya terhadap pemupukan nitrogen dan kalium di lahan rawa pasang surut.Jurnal Penelitian. 8 hal

Nurhayati, 2008. Pengaruh Kalium Pada Ketahanan Kacang Tanah Terhadap Bercak Daun Cercospra. Jurnal Penelitian. pp. 446-450

Oosterhuis, D. 2001. Physiology and nutrition of high yielding cotton in the USA. Informações Agronômicas 95: 18-24.

Rahmadini,Mustika.2015.Mengenal Pupuk Kalium dan Fungsinya Bagi Tanaman.Balittra.

Rosyidah, A., Djuhari. 2014. The Increase in Effectiveness of Broccoli waste as Bio – Fumigant to Control Ralstonia solanacearum on Tomato (Solanum lycopersicum L.). Journal of Biology Agriculture and Healthcare. 4(24);85-90

Rosyidah,A.2016. Respon Pemberian Pupuk Kalium Terhadap Ketahanan Penyakit Layu Bakteri dan Karakter Agronomi pada Tomat (Solanum lycopersicum L.) https://semnas.unikama.ac.id/lppm/prosiding/2016/PENELITIAN/PANGAN%20DAN%20TERNAKI/Anis%20Rosyidah_UNISMA.pdf

Situmorang, A dan Budiman, A. 1984. Corynspora cassiicola (Berk &Curt) Wei penyebab penyakit Gugur daun pada karet. Kumpulan Makalah Lokakarya Karet 1984, PN/PT Perkebunan Wilayah-1 dan 4TM, 14-16 November 1984 di Medan.

Subhan. 1982. Pengaruh Macam dan Dosis Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kentang Varietas Cosima. Bul. Penel. Hort. IX(1):29-32.

Suwono.1992.Pengaruh Kalium dalam Pertumbuhan Tanaman.  http://1pelajaran.blogspot.co.id/2011/06/pengaruh-kalium-dalam-pertumbuhan.html



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM Kwirausahaan) Nata de Banana Skin Mix Dragonfruit

Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) pada Famili Solanaceae